Minggu, 25 Juli 2010

Erica Papaya


Oleh: Rosmansyah

Erica melongo. Matanya tak berkedip. Mulut, lidah dan tenggorokannya bergerak-gerak menelan air liur. Cewek berambut panjang itu duduk manis di sofa menonton acara masak-memasak favoritnya yang tayang setiap hari Minggu pagi.

"Ini dia Choco Brown Cake ala Chef Fadel!" seru Chef Fadel sambil menyajikan cake berlumur cokelat yang baru dibuatnya. Cake-nya memang bikin ngiler. Tapi kalau buat Erica, chef-nya yang justru bikin lebih ngiler.

"Uh... Chef Fadel cute banget sih!" gumam Erica ngomong sendiri.

"Pemirsa, saya punya pengumuman penting buat anda yang suka bikin resep masakan di rumah. Kirim resep anda ke alamat e-mail di bawah ini. Bagi anda yang resepnya terpilih, maka saya akan undang anda untuk masak berdua di sini bareng saya dan anda pun berhak mendapat uang tunai Rp 500.000 serta buku resep masak yang sudah ditandatangani oleh saya. Ayo, buruan kirim resepnya! Saya tunggu loh!"

Erica segera mencatat alamat e-mail yang tertera di layar kaca. Masak bareng Chef Fadel? Erica jelas pengen banget. Kesempatan emas kayak gini nggak boleh disia-siain gitu aja. Kapan lagi coba bisa masak berdua bareng chef terkenal kayak dia. Temen-temen Erica pasti bakalan ngiri tuh!

"Oke pemirsa, tak terasa sudah 30 menit saya menemani anda. Tiga resep unik sudah saya sajikan spesial buat anda. Kini tiba saatnya saya untuk undur diri. Sampai jumpa di Fadelicious minggu depan! Daaah....!"

Begitu acara itu selesai, otak Erica langsung berputar. Ia coba mencari resep dari tabloid dan majalah yang ada di depannya. Tapi, resepnya pada susah semua. Ia harus mencari resep yang unik, praktis dan yang pasti harus bisa menggoyang lidah bukan goyang ngebor atau goyang gergaji.

Lagu Telephone-nya Lady Gaga tiba-tiba berdering membangunkannya. Siapa sih yang nelpon, ganggu banget deh!

"Halo!" ucap seseorang dari seberang sana.

"Iya, ada apa Lan?" jawab Erica cemberut. Tapi dalam sekejap, senyumnya merekah. Lampu-lampu pijar bagai menerangi otaknya. Orlan kan pinter masak. Dia ketua ekskul tata boga. Dia pasti bisa bantuin Erica. "Kebetulan banget, Lan!"

"Kebetulan gimana?" tanya Orlan bingung.

"Bantuin gue masak ya!"

"Masak?"

"Iya, masak!"

"Apa gue nggak salah denger? Tumben lo mau masak?"

"Gue mau ikutan kompetisi bikin resep biar bisa masak bareng Chef Fadel."

"Chef Fadel yang suka nongol di TV itu?"

"Iya, bener banget. Bantuin gue ya, Lan! Pliss..."

"Iya deh gue bantuin."

"Thanks ya, sekarang lo langsung ke rumah gue aja!"

"Sekarang?"

"Iya sekarang. Kenapa? Emang nggak bisa? Betewe, elo nelpon gue mau ngomongin apaan?"

"Apaan ya? Gue lupa."

"Dasar, pokoknya gue tunggu ya!"

****

Ting...tong...ting...tooong.... bunyi bel pintu depan terdengar begitu nyaring. Erica segera beranjak dari sofa empuknya. Ia buka pintu. Sesosok cowok jangkung berkacamata yang tengah mengenakan T-shirt warna oranye sudah berdiri di depannya.

“Langsung ke dapur aja yuk!” ajak Erica.

Furnitur kitchen set berwarna serba silver langsung menyambut mereka. Semua benar-benar bersih. Nggak ada setitik noda pun yang terlihat.

"Jadi, kita mau masak apa, Lan?"

Orlan mulai menarik simpul-simpul saraf otaknya. Ia ingat-ingat kembali resep-resep yang pernah dibikinnya. Pasta ayam lada hitam, kue lapis cokelat, strawberry pancake, semuanya pada ngebosenin. Ia lihat-lihat isi kulkas, tapi nggak ada bahan makanan yang bisa membangkitkan naluri memasaknya.

Setelah berpikir cukup lama, tiba-tiba pandangannya tertahan pada sebuah pohon pepaya yang terlihat dari jendela. Buahnya ranum bergelantungan. Insting memasaknya segera muncul.

"Ahaa, gue tau!" seru Orlan sambil langsung berlari keluar menuju pohon pepaya itu. Seett.... Orlan langsung melesat manjat pohon yang tingginya tidak seberapa itu.

"Eh... eh... mau ngapain lo, Lan?" seru Erica kaget ngeliat Orlan manjat-manjat kayak monyet.

"Ini dia bahan utamanya!" seru Orlan sambil loncat turun ke bawah. Sebuah pepaya berukuran besar yang kelihatannya masih setengah mateng sudah ditangannya.

"Hah, pepaya?"

“Iya pepaya! Dengan bahan ini kita akan bikin makanan yang supeer lezaat...”

Memasak pun segera dimulai. Orlan segera mengupas buah yang bernama latin Carica papaya itu. Ia buang bijinya. Dan dagingnya yang berwarna oranye dipotong-potong menyerupai dadu.

"Ca, tolong ambilin agar-agar, yoghourt sama gula!" seru Orlan. Gayanya kayak chef hotel bintang lima aja.

"Okey!" jawab Erica sambil langsung mengubek isi dapur mengambil bahan-bahan yang disebutin sama Orlan

"Tolong ambilin lagi cetakan kue sama kismis!"

Sesi mengaduk dimulai. Dengan cekatan, Orlan mulai menggunakan tangan ala chef-nya. Erica cuma bengong tanpa kontribusi berarti. Meja dapur disulap menjadi panggung hiburan gratis. Erica bagai penonton sirkus yang sedang takjub melihat atraksi akrobatik badut sirkus.

Setelah kalis, adonan lalu dimasukan ke dalam cetakan kue mangkuk yang bentuknya lucu-lucu. Setelah semua adonan dimasukan ke dalam cetakan, adonan lalu dikukus. Dan dalam waktu yang relatif singkat, hidangan sudah matang dan siap untuk diangkat.

"Puding pepayanya udah mateng!" seru Orlan sambil meletakan puding-puding itu ke piring.

" Gue nyicip donk!"

"Eits, tunggu dulu! Masukin ke kulkas dulu, baru siap disajiin. Sambil nunggu pudingnya dingin. Kita bikin garnish-nya dulu yuk!"

"Garnish? Apaan tuh?"

"Dasar oon, lo liat gue aja deh!"

Sirup stroberi, ceri, krim sama potongan pepaya yang sudah diiris kecil-kecil disiapkan. Semua dibentuk sedemikian rupa. Setelah pudingnya dingin, puding pun dihias layaknya seorang puteri. Dan dalam sekejap, puding siap disajikan.

Hap, Erica santap puding itu. Matanya berbinar. Pipinya langsung memerah.

"Emm... enak banget!"

"Siapa dulu donk yang bikinnya! Orlan gitu!"

"Betewe, nama resep ini apa Lan?"

"Apa ya?" Otak Orlan berputar. "Gimana kalo puding Erica Papaya?"

Uhuk... uhuk... Erica keselek batuk.

"Erica Papaya?"

"Iya, Erica Papaya. Gimana? Bagus nggak?"

"I... iya, bagus." Muka Erica langsung memerah. Nama itu sungguh unik dan indah. Erica tersanjung.

Erica Papaya sepakat menjadi nama resep masakan itu. Erica langsung menulis dan mengirimkannya ke alamat e-mail program Fadelicious. Mudah-mudahan aja resepnya bisa menang!

****

Selang 3 hari kemudian, Erica dihubungi pihak program Fadelicious. Resep Erica terpilih. Ia berhak menjadi bintang tamu di Fadelicious edisi minggu ini. Erica jelas seneng banget. Akhirnya mimpinya menjadi kenyataan.

Ia langsung sebarkan kabar gembira itu ke semua teman-temannya.Tak lupa, Orlan sang pahlawan yang membantu mewujudkan mimpinya pun ikut ia kabarkan.

Hari Minggu akhirnya tiba. Detik-detik paling menentukan dimulai. Erica bersolek. Wajahnya dipoles secemerlang Dian Sastro Wardoyo. Penampilannya disulap stylish kayak Agnes Monica. Sebentar lagi ia mau masuk TV!

Orlan udah janji akan menjemput untuk mengantarnya ke studio TV tempat acara Fadelicious disiarkan. Tapi setelah ditunggu hampir setengah jam, Orlan belum nongol juga. Erica mencoba menghubungi hapenya tapi nggak aktif.

Ketika sedang cemas menunggu, tiba-tiba hapenya berbunyi.

"Halo!" ucap seseorang. Suaranya terdengar berat kayak suara bapak-bapak. "Apa ini dengan Nak Erica?"

Begitu mendengarnya, suasana hati Erica langsung mendadak nggak enak.

“Iya, ini Erica. Ada apa ya, Om?”

"Ini dengan ayahnya Orlan. Orlan nggak bisa jemput kamu. Tadi dia kecelakaan.”

"Kecelakaan?"

Tut... tuut.....telepon terputus.

“Halo! Halo!” seru Erica panik. Tapi, nggak ada jawaban lagi.

****

Erica mempercepat langkahnya. Jantungnya berdetak kencang. Berbagai bayangan buruk mulai menghantui pikirannya. Setahu Erica, hanya ini satu-satunya rumah sakit yang paling dekat dengan lingkungan tempat tinggalnya. Mata Erica memelototi setiap orang-orang yang berlalu lalang di lobi rumah sakit itu.

“Erica!” ucap seseorang dari belakang. Ternyata itu Orlan. Ia sedang berjalan dipapah ayahnya dari arah telepon umum.

"Orlan!"

"Erica, kenapa lo kemari?"

"Lo nggak apa-apa kan?"

"Gue nggak apa-apa. Mending sekarang lo cepetan pergi ke studio, nanti lo telat!"

"Gue udah ngebatalinnya. Tadi gue udah ngehubungin pihak TV. Lagian kalo pergi juga percuma. Acaranya kan udah mulai."

Orlan terdiam. Ia merasa bersalah.

"Maafin gue ya, Ca. Gara-gara gue elo jadi batal masak bareng Chef Fadel."

"Ah, nggak apa-apa kok. Lagian gue belom siap. Gue masih harus banyak belajar."

"Dan untuk resep yang ketiga, saya akan bikin resep kiriman pemirsa yang terpilih. Nama resepnya Erica Papaya. Sayang sekali yang punya resep nggak bisa hadir di sini karena ada halangan. Tapi nggak apa, saya akan buatkan spesial resep ini buat dia," ucap Chef Fadel berceloteh dari layar TV 24 inchi yang nangkring di sudut kiri ruangan.

Erica dan Orlan saling menatap. Mereka tersenyum. Akhirnya resep mereka masuk TV.

****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar